Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas Berdasarkan beberapa pengertian PTK yang dikutip dan dielaborasi oleh para ahli dapat diidentifikasi ciri khas dari jenis penelitian ini, yaitu: situasional dan spesifik, kolaboratif, hasil refleksi diri, bersifat fleksibel dan adaptif. 

Situasional artinya kegiatan PTK berkaitan dengan mendiagnosis masalah dalam konteks tertentu. Permasalahan diangkat dari pelaksanaan tugas sehari-hari yang dirasakan oleh guru dan atau oleh siswa (Depdikbud, 1999:8). Berdasarkan Latar belakang adanya penelitian kelas pada artikel sebelumnya, maka karakteristik dari Penelitian Tindakan kelas adalah bertujuan memperbaiki masalah masalah tersebut.

Berdasarkan karakteristik ini, PTK bertujuan memperbaiki praktik secara langsung dalam pembelajaran sehingga dikatakan juga penelitian praktis (practice inquiry). Sifat dan sasaran PTK adalah situasional-spesifik, tujuannya untuk pemecahan masalah praktis. Dengan demikian temuan-temuannya berguna dalam dimensi praktis tidak dapat digeneralisasikan sehinga tidak secara langsung memiliki andil pada usaha pengembangan ilmu. 

Kajian permasalahan, prosedur pengumpulan data dan pengolahannya dilakukan secermat mungkin dengan mendasarkan pada keteguhan ilmiah.


PTK merupakan upaya kolaboratif dan partisipatif antara guru, siswa dan individu lain yang terkait dalam proses pembelajaran secara langsung. Kolaboratif diartikan sebagai kerja sama saling tukar menukar ide untuk melakukan aksi dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi. 

Dalam kolaborasi ini terjadi kerjasama untuk perspektif yang berbeda antara komponen atau individu yang terlibat. Kerjasama kolaboratif antara berbagai komponen ini bersifat pastisipatori karena setiap anggota tim mengambil bagian secara langsung dalam pelaksanaan PTK sejak tahap awal sampai selesainya kegiatan tersebut (Depdikbud, 1999:8).

Bersifat self-evaluative yaitu kegiatan modifikasi yang dilakukan secara kontinu, dievaluasi dalam situasi yang tengah berjalan yang bermuara pada peningkatan perbaikan dalam praktiknya secara nyata (Depdikbud, 1999:8). Hal ini berarti, PTK muncul karena adanya keinginan untuk melakukan kegiatan guna memodifikasi berbagai praktik yang dilakukan secara kontinu, dievaluasi dalam situasi yang ada dan terus berjalan, dengan tujuan akhir dapat meningkakan perbaikan dalam praktik yang dilakukan guru. 

Bersifat fleksibel dan adaptif (luwes dan menyesuaikan) memungkinkan adanya perubahan selama dalam proses penelitian. Adanya penyesuaian menjadikan prosedur yang cocok untuk berkerja di kelas yang memiliki banyak kendala yang melatarbelakangi masalah-masalah di sekolah (Susilo, H., Chotimah, H & Sari, Y.D., 2011:7).

Yudhistira (2013:h.33) mengidentifikasi ciri-ciri dari PTK yaitu:

1. Permasalahan PTK bersifat situasional dan kontekstual

Permasalahan yang dijadikan bahan kajian adalah permasalahan biasa yang biasa ditemukan dalam proses pembelajaran mata pelajaran yang diampunya.

2. Ada sebuah tindakan untuk menyelesaikan masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada dipikirkan cara penyelesaian dan langsung diadakan tindakan terbaik untuk mengatasi permasalahan tersebut.

3. Adanya penelaahan terhadap tindakan yang dilakukan

Tindakan yang dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah ditelaah, apakah tindakan tersebut telah dapat menyelesaikan permasalahan yang ada.

4. Adanya penelaahan terhadap dampak dari tindakan

Jika tindakan yang dilakukan berdampak positif atau negatif, perlu ditelaah mengapa hal tersebut terjadi dan bagaimana alternatif tindakan yang perlu diambil terkait dengan dampak dari tindakan tersebut.

5. Bersifat kolektif /kolaboratif

Sebagai manusia, guru atau pelaku tindakan tentu mempunyai keterbatasan, oleh karena itu guru perlu bekerjasama dengan pihak lain yang memiliki kompetensi terutama berhubungan dengan masalah yang ditemukannya.

6. Adanya suatu kegiatan refleksi

Refleksi dapat membantu guru untuk menemukan masalah dan refleksi dapat dilakukan ketika mengkaji atau menelaah berhasil tidaknya tindakan yang telah dilakukan.

Menurut Richart Winter (1996) seperti yang disitasi oleh Yudhistira (2013:h41) ada enam karekteristik PTK, yaitu (1) kritik reflektif, (2) kritik dialektis, (3) kolaboratif, (4) resiko, (5) susunan jamak, dan (6) internalisasi teori dan praktek.

1. Kritik Refeksi;

Salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan kegiatan suatu aksi. Dalam konteks PTK yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu upaya evaluasi guna mengkritisi berbagai kegiatan yang telah dilakukan sampai pada taraf adanya perubahaan.

2. Kritik Dialektis

Dengan adanyan kritik dialektif diharapkan peneliti bersedia melakukan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia melakukan pemeriksaan terhadap: (a) konteks hubungan secara menyeluruh yang merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara jelas, dan, (b) Struktur kontradiksi internal, -maksudnya di balik unit yang jelas, yang memungkinkan adanya kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit tersebut bersifat stabil.

3. Kolaboratif

Di dalam PTK diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya. Namun demikian, kehadiran pihak lain lebih berperan sebagai pemberi pandangan terkait dengan situasi dan kondisi pada latar penelitian. Pandangan-pandangan dari berbagai pihak tersebut dapat dianggap sebagai andil penting dalam upaya pemahaman terhadap berbagai permasalahan yang muncul. 

Perlu diingat bahwa kedudukan peneliti tetap sebagai figur yang memiliki, kewenangan dan tanggung jawab untuk menentukan apakah sudut pandang dari kolaborator dipergunakan atau tidak. Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa fungsi kolaborator hanyalah sebagai pembantu di dalam PTK ini, bukan sebagai yang begitu menentukan terhadap pelaksaanan dan berhasil tidaknya penelitian.

4. Resiko

Dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani mengambil resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada diantaranya misalnya melesetnya hipotesis tindakan dan adanya tuntutan untuk melakukan suatu transformasi.

5. Susunan Jamak

Pada umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur tunggal karena ditentukan oleh suara tunggal, penelitinya. Akan tetapi, PTK memiliki struktur jamak karena jelas penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasi atau kolaboratif. 

Susunan jamak ini berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus mencakup semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif. Suatu contoh, seandainya yang diteliti adalah situasi dan kondisi proses belajar-mengajar, situasinya harus meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang dicapai, dan sebagainya.

6. Internalisasi Teori dan Praktik

Menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk mendukung tranformasi.

Pendapat ini berbeda dengan pandangan para ahli penelitian konvesional yang beranggapan bahwa teori dan praktik merupakan dua hal yang terpisah. Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu pula sebaliknya sehingga keduanya dapat digunakan dan dikembangkan bersama.