Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Contoh Latar Belakang PTK : “Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar peserta didik pada Pokok Bahasan Bilangan Pecahan di Kelas V SDI X Kecamatan X Kabupaten X

Contoh Latar Belakang PTK : “Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar peserta didik pada Pokok Bahasan Bilangan Pecahan di Kelas V X Kecamatan X Kabupaten X  - Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tentang Langkah-langkah membuat latar belakang sebuah penelitian tindakan kelas atau PTK, bahwa latar belakang ptk merupakan penjelasan atau jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut :
  1. Apa yang seharusnya yang diharapkan dari para siswa saya ?2. Apa kenyataan yang ada terkait harapan tersebut ?
  2. Apa yang menjadi masalahnya ?
  3. Apa penyebab (akar) masalahnya ?
  4. Mengapa masalah tersebut harus diselesaikan ?
  5. Bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut ?


Untuk itulah maka pada artikel ini akan dipaparkan contoh sebuah latar belakang penelitian tindakan kelas dengan judul: “Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar peserta didik pada Pokok Bahasan Bilangan Pecahan di Kelas V X Kecamatan X Kabupaten X. 

Adapun Latar belakang masalahnya adalah sebagai berikut:

Pendidikan merupakan hal penting dalam kelangsungan hidup manusia. Pendidikan akan mencerminkan kualitas sumber daya manusia. Karenanya diperlukan kemampuan untuk memperoleh, mengelolah dan memanfaatkan IPTEK tersebut secara proposioanal. Hal yang paling menentukan untuk tercapainya pendidikan yang berkualitas adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran yang sistematis, logis dan kritis yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika.

Matematika adalah salah satu mata pelajaran penting pada semua jenjang pendidikan. Karena pentingnya matematika bagi pendidikan, maka mata pelajaran matematika menempati urutan pertama dalam hal jumlah jam pelajaran. Matematika juga merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Namun sampai saat ini masih banyak peserta didik yang merasa matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, tidak menyenangkan, bahkan momok yang menakutkan. Hal ini dikarenakan masih banyak peserta didik yang mengalami kesulitan-kesulitan dalam mengerjakan soal-soal matematika.

Gambar Kegiatan Pembelajaran dari salah satu aktivitas Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kecerdasan, berakhlak mulia serta memiliki keterampilan yang di perlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan adalah reformasi dalam pembelajaran matematika yang telah dicantumkan dalam kurikulum 2006. Dalam Kurikulum 2006 tersebut, disebutkan bahwa mata pelajaran Matematika diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, dan kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut dikembangkan dalam diri peserta didik, agar peserta didik memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untukbertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif (Depdiknas, 2006: 416).

Johnson dan Myklebust (Abdurahman, 2003: 252) mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis yang mempunyai fungsi praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Dengan kata lain, matematika adalah bekal bagi peserta didik untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif. Tidak hanya peserta didik, gurupun juga mengalami mengalami kendala dalam mengajarkan matematika terkait sifatnya yang abstrak.

Matematika bagi peserta didik SD berguna untuk kepentingan hidup pada lingkungan, untuk mengembangkan pola pikir dan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang berguna. Salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat perhatian lebih adalah matematika, dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika terutama pada pokok bahasan bilangan pecahan selalu rendah. Hal ini biasanya karena sebagian besar peserta didik kurang antusias menerimanya. Peserta didik lebih bersifat pasif, enggan, takut, atau malu untuk mengungkapkan ide-ide atau pun penyelesaian atas soal-soal latihan yang diberikan di depan kelas. Tidak jarang siswa kurang mampu dalam mempelajari matematika terutama dalam pokok bahasan pecahan, sebab materi pecahan dianggap terlalu sulit, dan menakutkan bahkan dari sebagian mereka ada yang membencinya sehingga matematika dianggap sebagai momok oleh mereka. Hal ini menyebabkan peserta didik menjadi takut terhadap matematika.

Guru menyampaikan pelajaran dengan menggunakan metode cerama atau ekspositori, sementara para siswa mencatatnya pada buku catatan. Dalam proses pembelajaran yang demikian, guru dianggap berhasil apabila dapat mengelola kelas sedemikian rupa sehingga peserta didik tertib dan tenang dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan guru. Guru yang baik adalah guru yang menguasai bahan, dan selama proses pembelajaran mampu menyampaikan materi tanpa melihat buku pelajaran. Tujuan pendidikan matematika kepada peserta didik di sekolah ialah untuk memberikan kepada setiap individu pengetahuan yang dapat membantu mereka untuk mengatasi berbagai hal dalam kehidupan seperti pendidikan atau pekerjaan, kehidupan pribadi, kehidupan sosial, dan kehidupan sebagai warga negara.

Suatu pengetahuan akan menjadi bermakana bagi peserta didik jika proses pembelajaran dilaksanakan dalam suatu kontes dalam menggunakan permasalahan matematika realistik. Suatu masalah realistik tidak selalu berupa masalah yang ada di dunia nyata dan bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Suatu masalah disebut realistik jika masalah tersebut dapat dibayangkan atau nyata dalam pikiran peserta didik. Penggunaan permasalahan realistik dalam pendidikan matematika realistik memiliki posisi yang jauh berbeda dengan penggunaan permasalahan dalam pendekatan realistik. Dalam pendidikan matematika realistik permasalahan yang digunakan sebagai fondasi dalam membangun konsep matematika.

Permasalahan yang terjadi pada mata pelajaran matematika yaitu terasa sulit karena banyak guru matematika mengajarkan matematika dengan materi dan metode yang tidak menarik dimana guru menerangkan (teacher telling) sementara murid mencatat. Salah satu penyebab permasalahan tersebut adalah secara umum pendekatan pembelajaran matematika di Indonesia masih menggunakan pendekatan tradisional atau mekanistik yang menekankan proses, prosedural serta menggunakan rumus dan algoritma sehingga peserta didik dilatih mengerjakan soal seperti mekanik atau mesin. Pembelajaran matematika seperti yang kita alami di kelas-kelas masih menitikberatkan kepada pembelajaran lansung yang pada umumnya didominasi olek guru, peserta didik masih secara pasif menerima apa yang diberikan guru, umunya hanya satu arah.

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan salah satu langkah yang dapat diambil agar pembelajaran matematika tidak terkesan sulit. Salah satu yang khas dari PMRI adalah penggunaan “konteks” (masalah kontekstual). Di dalam pendekatan matematika realistik (PMR), pembelajaran harus dimulai dari sesuatu yang riil sehingga peserta didik dapat terlibat dalam proses pembelajaran secara bermakna. Dalam proses tersebut peran guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator bagi peserta didik dalam proses rekonstruksi ide dan konsep matematika.

Dalam pendekatan matematika realistik peserta didik belajar matematisasi masalah kontekstual. Dengan kata lain peserta didik mengidentifikasi dan menyelesaikan soal matematika secara realistik. Hal ini adalah salah satu upaya dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan matematika. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) ini juga diterapkan agar dapat membantu guru khusunya dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik. Selain itu agar penyajian bahan ajar matematika tidak lagi terbatas hanya ceramah dan membaca isi buku, sehingga diharapkan peserta didik tidak lagi merasa bosan dan jenuh dengan materi pelajaran maka guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien, sesuai dengan kurikulum dan pola pikir peserta didik. Dalam mengajarkan matematika, guru harus memahami keberagaman kemampuan peserta didik, serta tidak semua mereka menyenangi mata pelajaran matematika.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar peserta didik pada Pokok Bahasan Bilangan Pecahan di Kelas V SDI X Kecamatan X Kabupaten X.”

Posting Komentar untuk "Contoh Latar Belakang PTK : “Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar peserta didik pada Pokok Bahasan Bilangan Pecahan di Kelas V SDI X Kecamatan X Kabupaten X"