Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makna Wisuda: Catatan dan Pesan bagi Peserta Wisuda dari Program Studi PGSD Universitas Flores

Makna Wisuda: Catatan dan Pesan bagi Peserta Wisuda dari Program Studi PGSD Universitas Flores-Kalau saya mau bercerita panjang lebar tentang seremonial wisuda pada kampus-kampus di Flores pasti tidak akan ada habis-habisnya. Mulai dari masalah meluruskan rambut (jadi ingat lagu Mogi punyanya Ivan Nestorman), hiruk pikuk kendaraan yang hilir mudik (mengangkut sound system, dan “hewan korban”, keluarga dll), pesta wisuda sampai “cungkil matahari” (pesta sampai pagi), macet dadakan dan satu lagi pasti moke. Pokoknya itulah yang pasti dipikirkan semua orang Flores kalau ada acara wisuda, terlebih acara wisuda di kampus besar seperti Universitas Flores.

Semua yang ada di benak banyak orang Flores kalau ada wisuda di Flores (beda kalau ada orang flores yang kuliah jauh dari flores, tapi ujung-ujungnya ya, moke pasti ada di sana) yang saya tuliskan di atas menunjukkan wisuda merupakan sesuatu yang penting. Saking pentingnya, sampai-sampai para mahasiswi saya sering punya satu tradisi “latih menggunakan sepatu hak tinggi”. Pernah pada wisuda beberapa tahun lalu saya menemukan lebih dari 10 hak sepatu di venue wisuda (punya siapa ya ?). Ada lagi, saya hampir lupa, mahasiswa saya keluarkan senyuman paling manis pada saat-saat penting mereka tersebut (harusnya yudisium paling penting ooo).



Hari wisuda merupakan salah satu bukti sejarah dimana seorang telah menempuh kuliah pada tingkat tertentu. Lalu apa makna dari wisuda tersebut ? Bagaimana sejarah toga ? Apa makna toga yang berwarna hitam ? Apa makna sudut pada topi toga ? Lalu apa makna tali, topi, toga dan kenapa kucir dipindahkan dari kiri ke kanan ? Apakah pertanyaan-pertanyaan ini ada dalam pikiran orang yang diwisuda ? Boro-boro, yang ditanyakan pasti :” Eh teman kau buat acara tidak ? Kau pu kebaya su ada kah, beli dimana ? Engko pu paitua (pacar) hadir ko tidak? (konyol)“.

Secara umum, wisuda adalah proses pelantikan kelulusan seorang mahasiswa yang telah menempuh masa belajar pada suatu universitas (belakangan wisuda juga berlaku untuk anak TK, definisinya jadi salah kah ?). Kalau orang yang akan dilantik berhalangan, tetap akan diwisuda in absentia (mana ada yang mau, yang pentingkan foto wisudanya) Pada seremoni wisuda, biasanya orang yang akan diwisuda memakai pakaian yang ditentukan, misalnya pria menggunakan hem putih, dasi, celana hitam bersepatu hitam,sedangkan wanita menggunakan kebaya tradisional tipis dengan kain jarik, tapi secara umum menggunakan baju toga.

Toga berasal dari tego,yang dalam bahasa Latin berarti penutup. Meski sering dikaitkan dengan bangsa Romawi kuno, toga sebenarnya merupakan pakaian yang sering dikenakan kalangan pribumi Italia sejak 1.200 SM. Saat itu konon katanya, bentuk toga belum berupa jubah, tapi hanya kain sepanjang 6 meteran. Cara memakainya dengan dililit ke tubuh. Toga saat itu merupakan satu-satunya pakaian yang dianggap pantas saat seseorang berada di luar ruangan. Seiring berjalannya waktu, pemakaian toga untuk busana sehari-hari mulai ditinggalkan. Setelah bentuknya berubah jadi semacam jubah, toga juga menjadi pakaian seremonial wisuda.

Pada umumnya toga didisain dengan warna dominan hitam. Hitam sering diasosiasikan dengan hal yang misterius dan gelap. Misteri dan kegelapan inilah yang harus dikalahkan oleh para sarjana. Para sarjana diharapkan mampu menyibak kegelapan dengan ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh ketika kuliah. Warna hitam juga melambangkan keagungan. Perhatikan saja jubah para hakim dan sebagian pemuka agama juga menggunakan warna hitam . Jadi setelah kembali ke masyarakat, para sarjana diharapkan tidak menjadi biang perpecahan di masyarakat tetapi membangun masyarakat (secara, sering ada kasus rebutan pacar, hehehe), bukan sampah masyarakat tetapi (syukur-syukur) dapat membersihkan masyarakat dari “para sampah”.

Pada topi toga terdapat beberapa sudut. Sudut-sudut tersebut melambangkan bahwa seorang sarjana dituntut untuk berpikir rasional dan memandang berbagai persoalan yang akan dihadapi dari berbagai sudut pandang. Hal ini berarti para sarjana harus berpikiran luas, bukan seperti “dinamit dengan sumbu pendek”.

Dipuncak acara wisuda, dilakukan pemindahan kuncir di topi toga dari kiri ke kanan. Kuncir yang semula berada dikiri ternyata bermakna lebih banyaknya otak kiri yang digunakan semasa kuliah. Dengan dipindahkannya kucir ke kanan, para sarjana diharapkan tidak hanya menggunakan otak kiri saja setelah lulus, namun juga otak kanan yang berhubungan dengan kreativitas,imajinasi,dan inovasi (bagaimana ya, kalau tugas kuliah saja dikerjakan dengan cara “copasus”). Filosofi lainnya, kuncir melambangkan tali pita pembatas buku. Dengan pindah tali, diharapkan para wisudawan terus membuka lembaran buku supaya ilmunya tidak stagnan dan harus terus belajar (buku-buku jangan dibuang begitu saja ya).

Mudah-mudahan mahasiswa saya membaca artikel ini sebelum masuk venue wisuda. Saya ucapkan selamat kepada mahasiswa PGSD Universitas Flores yang diwisuda hari ini tanggal 29 Oktober 2016.

Posting Komentar untuk "Makna Wisuda: Catatan dan Pesan bagi Peserta Wisuda dari Program Studi PGSD Universitas Flores"