Pengembangan Instrumen Penelitian Tindakan Kelas
Pengembangan Instrumen Penelitian Tindakan Kelas. Keberadaan Instrumen dalam penelitian tindakan kelas memiliki fungsi yang sangat strategis. Dikatakan demikian karena instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengukur keberhasilan tindakan dan atau digunakan untuk
mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Pemilihan instrumen yang akan digunakan harus disesuaikan dengan prosedur dan langkah-langkah PTK.
Baca : Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Selain itu, pemilihan instrumen juga harus disesuaikan aspek apa saja yang mau dicapai ketika seorang guru mau melakukan PTK. Instrumen untuk mengukur berhasil tidaknya sebuah tindakan dapat dibedakan menjadi instrumen yang berhubungan dengan proses dan yang berhubungan dengan hal yang diamati.
Wawancara hendaknya dilakukan dengan mempergunakan pedoman agar semua informasi yang diperlukan dapat diperoleh secara lengkap. Jika dianggap masih ada informasi yang kurang, dapat pula dilakukan secara bebas. Guru yang berkolaborasi dapat berperan sebagai pewawancara terhadap siswanya. Namun harus dapat menjaga agar hasil wawancara memiliki objektivitas yang tinggi.
Angket tertutup atau pilihan ganda, yaitu meminta responden memilih kalimat atau deskripsi yang paling dekat dengan pendapat, perasan, penilaian, atau posisi mereka.
Instrumen-instrumen ini dikembangkan pada saat penyusunan proposal/usulan penelitian atau dikembangkan setelah usulan penelitian disetujui dan dilaksanakan. Keuntungannya bila instrumen dikembangkan pada saat penyusunan usulan, peneliti tentunya telah mempersiapkan diri lebih dini, sehingga peneliti dapat lebih cepat mengimplementasikannya di lapangan.
Baca : Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Selain itu, pemilihan instrumen juga harus disesuaikan aspek apa saja yang mau dicapai ketika seorang guru mau melakukan PTK. Instrumen untuk mengukur berhasil tidaknya sebuah tindakan dapat dibedakan menjadi instrumen yang berhubungan dengan proses dan yang berhubungan dengan hal yang diamati.
Instrumen ditinjau dari Sisi Proses
Dari
sisi proses, instrumen dijelaskan melalui kerangka berpikir peneliti melakukan
PTK. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam membuat kerangka pikir terdapat
komponen komponen yaitu kondisi awal, tindakan dan kondisi akhir. Oleh
karenanya, Instrumen ditinjau dari proses dalam PTK harus dapat menjangkau
masalah yang berkaitan dengan input (kondisi awal), proses (saat berlangsungnya
tindakan), dan output (hasil/kondisi akhir yang diharapkan).
a. Instrumen input
Instrumen
untuk input dapat dikembangkan dari hal-hal yang menjadi akar masalah
beserta pendukungnya. Misalnya; akar masalah adalah hal tertentu misalnya
prestasi belajar dari siswa yang dianggap kurang. Maka tes awal dapat menjadi
instrumen yang paling tepat. Disamping itu mungkin diperlukan pula instrumen
pendukung yang mengarah pada pemberdayaan tindakan yang akan dilakukan,
misalnya; format peta kelas dalam kondisi awal, buku teks dalam kondisi awal,
dan seterusnya.
b. Instrumen untuk proses
Instrumen
yang digunakan pada saat proses berlangsung berkaitan erat dengan tindakan yang
dipilih. Dalam tahap ini banyak format yang dapat digunakan. Akan tetapi format
yang digunakan hendaknya yang sesuai dengan tindakan yang dipilih.
Sebagai contoh jika tindakan yang dipilih merupakan pendekatan pendidikan matematika relaistik maka instrumen dibuat berdasarkan langkah langkah pelaksanaan pembelajaran matematika realistik.
Sebagai contoh jika tindakan yang dipilih merupakan pendekatan pendidikan matematika relaistik maka instrumen dibuat berdasarkan langkah langkah pelaksanaan pembelajaran matematika realistik.
c. Instrumen untuk output
Instrumen
untuk output berkaitan erat dengan evaluasi pencapaian hasil berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan. Misalnya; nilai 75 ditetapkan sebagai ambang
batas peningkatan (pada saat dilaksanakan tes bekal awal, nilai siswa berkisar
pada angka 50), maka pencapaian hasil yang belum sampai pada angka 75 perlu
untuk dilakukan tindakan lagi (ada siklus berikutnya).
Instrumen Ditinjau dari Sisi yang Diamati
Selain
dari sisi proses (bagan alir), instrumen dapat pula dipahami dari sisi hal yang
diamati. Dari sisi hal yang diamati, instrumen menurut Reed & Bergerman
(1992) dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu: instrumen untuk mengamati guru (observing
teachers), instrumen untuk mengamati kelas (observing classroom),
dan insrumen untuk mengamati perilaku siswa (observing students).
a. Pengamatan terhadap perilaku guru (observing teachers)
Pengamatan merupakan alat yang terbukti efektif untuk mempelajari tentang
metode dan strategi yang diimplementasikan di kelas, misalnya; tentang
organisasi kelas, respon siswa terhadap lingkungan kelas, dan sebagainya. Salah
satu bentuk instrument pengamatan adalah catatan anekdotal (anecdotal record).
Catatan anekdotal memfokuskan pada
hal-hal spesifik yang terjadi di dalam kelas atau catatan tentang aktivitas
belajar siswa dalam pembelajaran. Catatan anekdotal mencatat kejadian didalam
kelas secara informal dalam bentuk naratif. Sejauh mungkin, catatan ini memuat
deskripsi rinci dan lugas peristiwa yang terjadi di kelas. Catatan anekdotal
tidak memerlukan latihan khusus. Suatu catatan anekdotal yang baik setidaknya
memiliki empat ciri, yaitu:
- Pengamat harus mengamati keseluruhan sekuensi peristiwa yang terjadi di kelas.
- Tujuan, batas waktu dan rambu-rambu pengamatan jelas.
- Hasil pengamatan dicatat lengkap dan hati-hati.
- Pengamatan harus dilakukan secara obyektif.
Beberapa model catatan anekdotal
yang diusulkan oleh Reed & Bergerman (1992) dan dapat digunakan dalam PTK,
antara lain:
- Catatan anekdotal peristiwa dalam pembelajaran (anecdotal record for observing instructional event)
- Catatan anekdotal interaksi guru-siswa (anecdotal teachers-student interaction form)
- Catatan anekdotal pola pengelompokkan belajar (anecdotal record form for grouping patterns)
- Pengamatan terstruktur (structured observation)
- Lembar pengamatan manajemen kelas (checklist for management model)
- Lembar pengamatan ketrampilan bertanya (checklist for examining questions)
- Catatan anekdotal aktivitas pembelajaran (anecdotal record of pre-, whilst-, and post- teaching activities)
- Catatan anekdotal membantu siswa berpartisipasi (checklist for routine involving student)
b. Pengamatan terhadap kelas (observing classrooms)
Catatan anekdotal dapat dilengkapi
sambil melakukan pengamatan terhadap segala kejadian yang terjadi di kelas.
Pengamatan ini sangat bermanfaat karena dapat mengungkapkan praktek-praktek
pembelajaran yang menarik di kelas. Disamping itu, pengamatan itu dapat
menunjukkan strategi strategi yang digunakan guru dalam menangani kendala dan
hambatan pembelajaran yang terjadi di kelas. Catatan anekdotal kelas meliputi
deskripsi tentang lingkungan phisik kelas, tata letak, dan manajemen kelas.
Beberapa model catatan anekdotal
kelas yang diusulkan oleh Reed & Bergerman (1992) dan dapat digunakan dalam
PTK, antara lain:
- format anekdotal organisasi kelas (form for anecdotal record of classroom organization)
- Format peta kelas (form for classroom map)
- Observasi kelas terstruktur (structured observation of classrooms)
- Format pengkodean lingkungan social kelas (form for coding scale of classroom social and environment)
- Lembar cek wawancara personalia sekolah (checklist for school personal interview)
- Lembar cek kompetensi (checklist of competencies)
c. Pengamatan terhadap siswa (observing students)
Pengamatan terhadap perilaku siswa
dapat mengungkapkan berbagai hal yang menarik. Masing-masing individu siswa
dapat diamati secara individual atau berkelompok sebelum, saat berlangsung, dan
sesudah usai pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga dapat diamati,
dalam kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum dilakukan tindakan, saat
tindakan diimplementasikan, dan seusai tindakan.
Beberapa model pengamatan terhadap
perilaku siswa diusulkan oleh Reed & Bergerman (1992) yang dapat digunakan
dalam PTK antara lain:
- Tes diagnostic (diagnostic test)
- Catatan anekdotal perilaku siswa (anecdotal record for observing students)
- Format bayangan (shadowing form)
- Kartu profil siswa (profil card of students)
- Kartu deskripsi profil siswa (descriptive profil card)
- Sistem koding partisipasi siswa (coding system to observe student participation in lessons)
- Inventori kalimat tak lengkap (incomplete sentence inventory)
- Pedoman wawancara untuk refleksi (interview guide for reflection)
- Sosiogram, dan sebagainya.
Instrumen Lainnya
Adapun instrumen lain selain catatan
anekdotal yang telah dijelaskan diatas, ada beberapa instrumen lain yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam PTK, antara lain
berbentuk ; pedoman pengamatan, pedoman wawancara, angket, pedoman pengkajian
data dokumen, serta tes dan asesmen alternatif.
1. Pedoman Pengamatan
Pengamatan
partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif dalam proses
pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dapat dilaksanakan dengan pedoman
pengamatan (format, daftar cek), catatan lapangan, jurnal harian, observasi
aktivitas di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas, alatperekam elektronik,
atau pemetaan kelas (Mills, 2004:19).
Pengamatan sangat cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya; perilaku, aktivitas, dan proses lainnya. Catatan lapangan sebagai salah satu wujud dari pengamatan dapat digunakan untuk mencatat data kualitatif, kasus istimewa, atau untuk melukiskan suatu proses, seperti melukiskan bagaimana sekelompok siswa menemukan konsep mengenai binatang memamah biak, bagaimana komentar siswa terhadap pemakaian metode pembelajaran yang sebelum tidak pernah digunakan.
Baca Juga:
Contoh Pedoman Observasi Sikap Jujur
Contoh Pedoman Observasi Sikap Disiplin
Pengamatan sangat cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya; perilaku, aktivitas, dan proses lainnya. Catatan lapangan sebagai salah satu wujud dari pengamatan dapat digunakan untuk mencatat data kualitatif, kasus istimewa, atau untuk melukiskan suatu proses, seperti melukiskan bagaimana sekelompok siswa menemukan konsep mengenai binatang memamah biak, bagaimana komentar siswa terhadap pemakaian metode pembelajaran yang sebelum tidak pernah digunakan.
Baca Juga:
Contoh Pedoman Observasi Sikap Jujur
Contoh Pedoman Observasi Sikap Disiplin
2. Pedoman Wawancara
Untuk
memperoleh data atau informasi yang lebih rinci dan untuk melengkapi data hasil
observasi, tim peneliti dapat melakukan wawancara kepada guru, siswa, kepala sekolah
dan fasilitator yang berkolaborasi. Wawancara digunakan untuk mengungkap data
yang berkaitan dengan sikap, pendapat, atau wawasan. Misalnya dengan pertanyaan
semacam “ tolong ceritakan tentang ….. ? (Stringer. 2004:67).
Secara garis besar
wawancara dapat dilakukan dengan;
- Tak terencana, misalnya percakapan secara informal di antara para pelaku penelitian dengan responden/subyek penelitian.
- Terencana tetapi tak terstruktur, misalnya dimulai dari satu atau dua pertanyaan pembukaan dari pewancara, setelah itu pewawancara memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada responden untuk memilih tentang apa yang akan dibicarakan. Pewawancara boleh mengajukan pertanyaan untuk menggali atau memperjelas.
- Terstruktur, misalnya pewawancara telah menyusun serangkaian pertanyaan yang akan diajukan untuk mengendalikan percakapan atau jawaban sesuai dengan arah pertanyaan yang diinginkan.
Agar diperoleh
data yang lengkap, mendalam dan sesuai kebutuhan penelitian, maka sebaiknya wawancara
dapat dilakukan dalam situasi informal, wajar, dan peneliti berperan sebagai
mitra.
Wawancara hendaknya dilakukan dengan mempergunakan pedoman agar semua informasi yang diperlukan dapat diperoleh secara lengkap. Jika dianggap masih ada informasi yang kurang, dapat pula dilakukan secara bebas. Guru yang berkolaborasi dapat berperan sebagai pewawancara terhadap siswanya. Namun harus dapat menjaga agar hasil wawancara memiliki objektivitas yang tinggi.
3. Angket atau Kuesioner
Angket terdiri atas serangkaian pertanyaan
tertulis yang memerlukan jawaban tertulis pula. Jenis pertanyaan dalam angket
dapat dibedakan menjadi dua macam.
Angket
terbuka, yaitu meminta informasi atau pendapat dengan kata-kata responden
sendiri. Pertanyaan macam ini berguna bagi tahap-tahap eksplorasi, tetapi dapat
menghasilkan jawaban-jawaban yang sulit untuk disatukan. Jumlah angket yang
dikembalikan mungkin juga sangat rendah.
Angket tertutup atau pilihan ganda, yaitu meminta responden memilih kalimat atau deskripsi yang paling dekat dengan pendapat, perasan, penilaian, atau posisi mereka.
Pertanyaan harus secara
cermat diungkapkan dan tujuannya harus jelas dan tidak bermakna ganda.
Mengujicobakan pertanyaan dengan teman atau cuplikan (sample) kecil
responden akan meningkatkan kualitasnya. Membatasi lingkup topik yang dicakup
merupakan cara yang bermanfaat untuk meningkatkan jumlah angket yang kembali
dan kualitas informasi yang diperoleh.
4. Pedoman Pengkajian Data Dokumen
Dokumen yang dapat dikaji untuk
keperluan PTK dapat berupa; daftar hadir, silabus, daftar kemampuan, hasil
karya siswa, hasil karya guru, arsip, lembar kerja, dan sebagainya.
5. Tes dan Asesmen Alternatif
Pengambilan data yang berupa informasi
mengenai pengetahuan, sikap, bakat, dan lainnya dapat dilakukan dengan tes atau
pengukuran bekal awal atau hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen (Tim
PGSM, 1999; Sumarno, 1997; Mills, 2004).
Instrumen-instrumen ini dikembangkan pada saat penyusunan proposal/usulan penelitian atau dikembangkan setelah usulan penelitian disetujui dan dilaksanakan. Keuntungannya bila instrumen dikembangkan pada saat penyusunan usulan, peneliti tentunya telah mempersiapkan diri lebih dini, sehingga peneliti dapat lebih cepat mengimplementasikannya di lapangan.
6. Deskripsi Perilaku Ekologis
Teknik
ini kurang terarah pada persoalan jika dibandingkan dengan teknik pertama di
atas. Teknik ini berusaha untuk mencatat observasi dan pemahaman terhadap
urutan perilaku yang lengkap. Tingkat-tingkat deskripsi yang berbeda dapat
dipakai, misalnya dalam situasi belajar-mengajar :
- Kelas dalam suasana serius, tetapi tawa meledak …
- Seorang siswa bernama Toni mendeskripsikan hobinya dalam acara “tunjukkan dan katakan”
- Dengan kakinya diseret di lantai dan kedua tangannya saling menggenggam di punggung seorang siswa …
Deskripsi
sebaiknya mengurangi penafsiran psikologis dan terminologis, seperti telah disinggung di atas. Misalnya, ketika
seorang siswa diamati tertawa terbahak-bahak, peneliti tidak boleh memberi
komentar tentang maksud tertawa siswa tersebut. Atau ketika beberapa siswa menolak
mengerjakan tugas, peneliti tidak boleh menafsirkan bahwa penolakan tersebut
karena malas atau alasan lain. Kecenderungan untuk memberikan penilaian seperti
ini banyak dialami oleh peneliti pemula. Mereka belum terlatih untuk menunda
penilaian sampai refleksi dilakukan.
7. Catatan Harian
Catatan harian adalah riwayat pribadi siswa yang
dilakukan secara teratur seputar topik yang diminati atau yang diperhatikan.
Catatan harian mungkin memuat observasi, perasaan, reaksi, penafsiran,
refleksi, dugaan, hipotesis, dan penjelasan. Persoalan mungkin berkisar dari
riwayat tentang latar belakang siswa sampai pemantauan diri tentang perubahan
dalam metode mengajar atau metode pengawasan.
Siswa dapat
didorong untuk membuat catatan harian tentang topik yang sama untuk memperoleh
perspektif alternatif. Catatan harian dapat digunakan untuk salah satu atau
beberapa tujuan berikut:
- Merekam secara teratur informasi faktual tentang peristiwa, tanggal dan orang, dengan klasifikasi judul. Misalnya; kapan? Dimana ? Siapa ? yang mana ? bagaimana ? mengapa ? Data yang terekam dapat digunakan untuk membantu peneliti merekonstruksi urutan waktu atau peristiwa sebuah kejadian.
- Aide mémoire untuk merekam catatan pendek tentang penelitian yang sedang dilakukan untuk refleksi kemudian.
- ·Memotret secara rinci peristiwa dan situasi tertentu yang memberikan data deskriptsi lengkap yang akan digunakan untuk laporan lengkap tertulis.
- Sebagai pencatatan introspeksi dan evaluasi-diri, dimana peneliti mencatat semua pengalaman, pemikiran, dan perasaan pribadi dalam rangka memahami penelitiannya.
8. Logs
Teknik
ini pada dasarnya sama dengan catatan harian tetapi biasanya disusun dengan
mempertimbangkan alokasi waktu untuk kegiatan tertentu, pengelompokan kelas,
dan sebagainya. Kegunaannya ditingkatkan jika mencakup komentar seperti yang
terdapat dalam catatan harian tentang sekolah dan peristiwa lain.
9. Kartu Cuplikan Butir
Teknik kartu cuplikan butir ini mirip dengan
catatan harian, tetapi sekitar enam kartu digunakan untuk mencatat kesan
tentang sejumlah topik. Pada jenis ini satu kartu untuk satu topik. Misalnya:
satu set kartu boleh mencakup topik-topik seperti pendahuluan pelajaran,
disiplin, kualitas pekerjaan siswa, efisiensi penilaian, kontak individual
dengan siswa, dan perilaku seorang siswa.
Kartu tersebut dikocok dan catatan harian dibuat untuk satu topik setiap
harinya, dengan demikian akan membangun gambaran tentang semua persoalan
sebagai dasar refleksi yang memiliki resiko sangat rendah serta tidak memberikan
tekanan terlalu berat atau menimbulkan kebosanan pada aspek-aspek tertentu.
10. Portfolio
Teknik
ini digunakan untuk membuat koleksi bahan yang disusun dengan tujuan tertentu.
Portofolio mungkin memuat semua dokumen yang relevan dengan persoalan perbaikan
pembelajaran itu.
11. Metode Sosiometrik
Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah
individu-individu disukai atau saling menyukai. Pertanyaan-pertanyaan sering
diajukan dengan niat untuk mengetahui
dengan siapa subyek tertentu ingin bekerja sama, atau berhubungan dalam
suatu kegiatan bersama. Pertanyaan juga
mengungkapkan dengan siapa subyek tertentu tidak suka bekerja sama atau
berhubungan. Hasilnya biasanya diungkapkan dengan diagram pada sosiogram, yang
mencatat hubungan seluruh kelompok.
12. Jadwal Dan Daftar Tilik (Checklist) Interaksi
Kedua teknik ini dapat digunakan oleh peneliti
atau pengamat. Teknik-teknik ini boleh berdasarkan waktu, atau berdasarkan
peristiwa, yang pencatatannya dilakukan kapan saja peristiwa tertentu terjadi.
Berbagai perilaku dicatat dalam kategori waktu perilaku itu terjadi untuk
membangun gambaran tentang urutan perilaku yang diteliti. Misalnya dalam
situasi sekolah, kategori jadual dan daftar tilik (checklist) dapat menunjuk
pada:
- Perilaku verbal guru: misalnya bertanya, menjelaskan, mendisiplinkan (individu atau kelompok), memberi contoh melafalkan kata/frasa/kalimat.
- Perilaku verbal siswa: misalnya, menjawab, bertanya, menyela, berkelakar, mengungkapkan diri, menyanggah, menyetujui.
- Perilaku nonverbal siswa: misalnya menoleh, mondar-mandir, menulis, menggambar, menulis cepat, tertawa, menangis, mengerutkan dahi, mengatupkan bibir.
- Perilaku nonverbal guru: misalnya, tersenyum, mengerutkan kening, memberi isyarat, menulis, berdiri dekat siswa pandai, duduk dengan siswa lamban.
13. Rekaman Audio
Merekam berbagai peristiwa seperti pelajaran,
rapat diskusi, seminar, lokakarya, dapat menghasilkan banyak informasi yang
bermanfaat yang tertakluk (tunduk) pada analisis yang cermat. Metode ini
khususnya berguna bagi kontak satu lawan satu dan kelompok kecil di mana
perekam jinjing dapat digunakan atau analisis satu perilaku dapat dilakukan.
Jika transkripsi ekstensif diperlukan, prosesnya mungkin menjadi sangat panjang
dari segi waktu.
14. Rekaman video
Perekam video dapat dioperasikan oleh peneliti
untuk merekam satuan kegiatan/peristiwa untuk dianalisis kemudian, misalnya
kegiatan pembelajaran di kelas. Akan lebih baik jika satuan rekamannya pendek
karena pemutaran ulang akan memakan waktu. Bila ada asisten yang membantu,
lebih banyak perhatian dapat diberikan pada reaksi dan perilaku subyek secara
perorangan (guru dan siswa), yang aspek-aspeknya disepakati sebelum perekaman.
Peneliti sendiri dapat merekam aspek tertentu dari pelaksanaan pekerjaannya
sendiri. Subyek-subyek terpilih mungkin juga dapat merekam beberapa aspek
pelaksanaan pekerjaan mereka untuk dianalisis kemudian.
15. Foto dan slide
Foto dan slide mungkin berguna untuk merekam
peristiwa penting, misalnya aspek kegiatan kelas, atau untuk mendukung bentuk
rekaman lain. Peneliti dan pengamat boleh menggunakan rekaman fotografik.
Karena daya tariknya bagi subyek penelitian, foto dapat diacu dalam wawancara
berikutnya dan diskusi tentang data.
16.Penampilan
subyek penelitian pada kegiatan penilaian
Teknik ini digunakan untuk menilai prestasi,
penguasaan, untuk mendiagnosis kelemahan dsb. Alat penilaian tersebut dapat
dibuat oleh peneliti atau para ahlinya. Pemilihan teknik pengumpulan data ini
tentu saja disesuaikan dengan jenis data yang akan dikumpulkan.
Pemilihan teknik pengumpulan data hendaknya dipilih sesuai dengan ciri khas
data yang perlu dikumpulkan untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian.
Untuk keperluan trianggulasi, data yang sama dapat dikumpulkan dengan teknik
yang berbeda.
Untuk mengetahui sumbernya silakan dilihat di : Literatur Penelitian Tindakan Kelas
Untuk mengetahui sumbernya silakan dilihat di : Literatur Penelitian Tindakan Kelas
Posting Komentar untuk "Pengembangan Instrumen Penelitian Tindakan Kelas"
Pembaca boleh bebas berkomentar selama isi komentar berhubungan dengan isi postingan, menggunakan kalimat yang santun dan berguna bagi pengembangan blog ini.