Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penanaman Karakter Berbasis Proses Pembelajaran Matematika.

Penanaman Karakter Berbasis Proses Pembelajaran Matematika. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, pembelajaran matematika bertujuan untuk membentuk kecerdasan matematis dan disposisi matematis. Disposisi matematis  memiliki makna dan tujuan yang sama  dengan  tujuan pendidikan karakter yang akan mengantar peserta didik menjadi manusia yang selain cerdas juga memiliki karakter layaknya matematisi yang ideal. Dengan demikian, selain manfaat tidak langsung ketika siswa belajar materi matematika, diperlukan suatu pembelajaran yang secara sengaja memasukkan pembelajaran nilai-nilai karakter tersebut ke dalam perencanaan pembelajaran sehingga tujuan untuk membentuk karakter siswa melalui pembelajaran matematika dapat dicapai. Pembelajaran semacam ini dinamakan pembelajarann by design (Soedjadi, 2000).


Karakter siswa dapat dikembangkan melalui implementasi berbagai model pembelajaran yaitu guru secara sengaja memilih berbagai model pembelajaran yang diyakini cocok untuk karakter yang ingin dikembangkan. Berbagai model pembelajaran matematika dapat memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan karakter diantaranya adalah: Model Pemecahan Masalah, Model Kooperatif, dan Model Pembelajaran Kontekstual dan Model-model yang menggunakan Pendekatan Matematika  Realistik.

 Pembelajaran Berbasis  Masalah.



Latar belakang pembelajaran berbasis masalah adalah bahwa manusia sebagai makluk hidup yang berevolusi selalu mempunyai masalah untuk diselesaikan (Majid, 2013). Secara umum untuk pembelajaran matematika, Polya (1973) mengidentifikasi empat prinsip dasar dalam pemecahan masalah, yaitu : memahami masalah (understanding the problem), merancang rencana (devising a plan),  melaksanakan rencana (carrying out the plan), dan memeriksa kembali (looking back.



Dalam model pembelajaran pemecahan masalah matematika terdapat langkah memahami masalah. Pada langkah memahami masalah, peserta didik harus dapat menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Selanjutnya membuat rencana atau merancang model matematika, pada langkah ini siswa harus dapat mengaitkan masalah yang ada menjadi masalah matematika sehingga peserta didik dapat berlatih mengaitkan masalah yang ada dengan konsep atau pengetahuan matematika. Langkah berikutnya adalah menyelesaikan masalah berdasarkan model yang telah direncanakan (melaksanakan rencana). Langkah terakhir adalah menafsirkan solusi atau memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh. Dari langkah-langkah pembelajaran ini, dapat kita harapkan peserta didik dapat mengembangkan sikap kritis, taat pada aturan atau disiplin, ulet, percaya diri.



Model Pembelajaran Kooperatif



Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menggunakan kelompok yang terdiri atas anggota yang heterogen (kemampuan, jenis kelamin, suku, dsb), (2) ada ketergantungan yang positif di antara anggota kelompok, karena setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas keberhasilan melaksanakan tugas kelompok, (3) ada pembagian tugas sesuai kemampuan masing-masing, (4) setiap anggota kelompok harus siap untuk menyajikan hasil kerja kelompok. Dari empat ciri tersebut tampak bahwa pembelajaran kooperatif atau pembelajaran dengan model kooperatif memfasilitasi peserta didik untuk dapat mengembangkan sikap toleransi, demokratis, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, peduli sosial dan tanggung jawab. Menurut Isjoni (2012), pembelajara koperatif menyediakan banyak contoh yang perlu dilakukan siswa antara lain :

  1. Siswa terlibat dalam tingkah laku mendefinisikan, menyaring dan memperkuat sikap-sikap, kemampuan dan tingkah laku partisipasi sosial dan tanggung jawab
  2.   Respek pada orang lain, memperlakukan orang lain secara manusiawi, dan memberikan semangat pemikiran rasional ketika bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
  3. Berpartisipasi dalam tindakan-tindakan kompromi, negosiasi, kerja sama, konsesus dan lain-lain.
Baca Juga: Contoh Pedoman Observasi Sikap Tanggung Jawab

 Model Pembelajaran Kontekstual



Pembelajaran Kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang membantu peserta didik mengaitkan materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata, dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual (Komalasari,2010), yaitu konstuktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), penilaian sebenarnya (authentic assesment). Dengan melaksanakan tujuh komponen utama tersebut dalam pembelajaran dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan karakter seperti yang telah dirumuskan oleh Badan penelitian dan pengembangan, Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional.



Model dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik.



Pendidikan Matematika realistik merupakan bentuk pembelajaran kontekstual yang khusus untuk pembelajaran matematika. PMR  menekankan penggunaan berbagai konteks yang sesuai dengan budaya tempat dimana pembelajaran matematika dilaksanakan. PMR memiliki dua landasan, tiga  prinsip dan lima karakteristik (Tabel 1) yang berpotensi untuk penanaman nilai karakter seperti yang dirumuskan oleh Puskur Kemendiknas.

Tabel berikut

Landasan, prinsip dan karakteristik PMR

No Kode
Landasan (L), Prinsip (P), Karakteristik (K)
Karakter
L1
Matematika harus berhubungan dengan realitas
Minat yang kuat (interes), apresiasi dan penghargaan terhadap matematika
L2
Matematika dipandang sebagai aktivitas manusia
Humanis
P1
Penemuan terbimbing menggunakan matematisasi progresif
Motivasi
P2
Fenomena didaktik

P3
Pemodelan sendiri
Keyakinan, percaya diri, keberanian mempertahankan pendapat, tanggang jawab, menerima pendapat orang lain
K1
Eksplorasi fenomena atau penggunaan konteks
Minat yang kuat (interes), apresiasi dan penghargaan terhadap matematika
K2
Penggunaan model atau vertical instrument
Kejujuran, kemandirian, kegigihan dan kerja keras
K3
Penggunaan kontribusi dan hasil konstruksi siswa
Kerja cerdas, keberanian dan kemauan membagi hasil pemikiran dengan orang lain
K4
interaktivitas
interaksi, negosiasi, kerjasama, demokratis, toleransi, antusiasme, berbagi dan berdiskusi dengan sesama siswa atau guru, guru menjadi teladan (panutan dan idola)
K5
Interwining atau keterkaitan dengan materi lain matematika


Sumber: Adaptasi dari Prabowo & Sidi (2010).




Posting Komentar untuk "Penanaman Karakter Berbasis Proses Pembelajaran Matematika."