PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN BULAT DI KELAS VII SMPN 5 BAJAWA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK
PENINGKATAN
PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN BULAT DI KELAS VII SMPN 5 BAJAWA MELALUI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA REALISTIK*
Maria Vendelina E. Wula
SMPN 5 Bajawa NTT
E-mail : mariavendelinaendangwula@yahoo.co.id
Abstrak
Makalah ini melaporkan hasil penelitian tindakan
kelas yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep bilangan bulat pada
siswa kelas VII SMPN 5 Bajawa dengan menggunakan pembelajaran dengan pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik (PMR). Penelitian ini berawal dari permasalahan yang penulis alami dimana siswa
banyak melakukan kesalahan dalam melakukan operasi hitung bilangan bulat.
Selain itu, aktivitas siswa dalam proses belajar juga menjadi bagian dari
keprihatinan penulis saat itu. Pemilihan PMR sebagai alternatif pemecahan
masalah yang penulis hadapai ini disebabkan karena pendekatan ini mengakomodir
penggunaan masalah kontekstual sebagai starting point untuk mengembangkan
konsep matematika. Selain itu, pendekatan ini juga muncul karena pendapat Hans
Freudental bahwa matematika merupakan aktivitas manusia. Karena merupakan
aktivitas manusia maka pembelajaran ini menekankan pada hal-hal yang dikenal
siswa dan pada keterampilan proses doing
mathematics. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus dimana setiap
siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan dan
pengamatan, analisis, dan refleksi. Adapun instrumen yang digunakan adalah RPP, tes dan lembar pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan adanya
peningkatan pemahaman konsep bilangan bulat dan peningkatan aktivitas belajar
siswa. Hal ini dapat dilihat
dari hasil tes setiap
akhir siklus dan lembar pengamatan aktivitas yang menunjukkan peningkatan.
Kata Kunci: Pemahaman
konsep bilangan bulat, aktivitas belajar, matematika realistik
PENDAHULUAN
Bilangan
bulat merupakan salah satu materi dalam pembelajaran matematika di SMP Kelas
VII. Materi ini sebetulnya telah diperkenalkan di tingkat sekolah dasar. Kenyataannya
berdasarkan pengalaman penulis, materi ini selalu menjadi sesuatu yang dianggap
sulit bagi para siswa. Salah satu penyebab sulitnya siswa kelas VII SMP
mempelajari bilangan bulat adalah karena konsep bilangan yang bersifat abstrak. Hal ini
tentu menjadi masalah yang perlu disikapi dan diperbaiki karena materi bilangan
bulat sangat penting bagi siswa untuk mempelajari materi lain di SMP.
Berdasarkan
permenungan penulis, penyebab lain sehingga masalah ini terus terjadi adalah
pendekatan pembelajaran yang digunakan selama ini. Pembelajaran yang dilakukan
bersifat mekanistik. Pembelajaran cenderung ditujukan hanya untuk mencapai
pemahaman instrumental, dimana siswa dapat menggunakan rumus untuk
menyelesaikan suatu soal tetapi tidak memahami bagaimana rumus itu diperoleh
dan mengapa rumus itu dapat berfungsi demikian (Marpaung dalam Sumaji dkk,
2008:261). Selain pembelajaran yang bersifat mekanistik, penulis sangat mengandalkan materi pada buku
pelajaran yang beredar di pasaran. Hal ini bisa menjadi pemicu rendahnya
pemahaman konsep para siswa karena
menurut Zulkardi
(2002), buku pelajaran di Indonesia lebih
banyak memuat serangkaian
aturan, algoritma dan
tidak
memiliki aplikasi yang berdasarkan pengalaman konkrit siswa.
Kondisi
seperti ini tentunya bertentangan dengan tujuan pembelajaran yaitu membawa
siswa pada pemahaman. Tanpa pemahaman, pembelajaran matematika direduksi
menjadi menghafal rumus dan aturan aturan matematika sehingga belajar menjadi
tidak bermakna, apalagi berguna (Boulet,1998). Pembelajaran yang membawa siswa
belajar konsep matematika secara bermakna merupakan penekanan penting dalam
pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) yang belakangan ini sudah
dipraktikan di beberapa daerah di Indonesia.
Keistimewaan dari
pendekatan PMR adalah bahwa ini berbeda dengan pendekatan pembelajaran
yang selama ini dipraktikkan oleh guru di sebagian besar sekolah sekolah
Indonesia. Pengembangan konsep matematika dengan PMR tidak
hanya menekankan pada penyampaian informasi dari guru (mekanistik) tetapi konsep matematika
diharapkan seolah-olah ditemukan kembali (re-invention)
oleh siswa melalui penyelesaian masalah kontekstual (konteks
dunia nyata) yang diberikan guru
di awal pembelajaran. Siswa diharapkan memodelkan fenomena yang ada pada
masalah kontekstual secara bertahap dari konkrit ke abstrak.
Treffers (Ariyadi Wijaya, 2012: 21) merumuskan
lima karakteristik PMR, yaitu: a) penggunaan konteks b) Penggunaan model untuk matematisasi progresif, c) pemanfaatan hasil konstruksi siswa, d)
interaktivitas alami dalam proses pembelajaran antara siswa dengan guru dan siswa
dengan siswa, dan e) keketerkaitan.
Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai
titik awal pembelajaran matematika. Konteks
tidak harus berupa masalah dunia nyata namun bisa dalam bentuk permainan,
penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal tersebut bermakna dan
dapat dibayangkan dalam pikiran siswa (Ariyadi Wijaya, 2012: 21). Pembelajaran matematika yang diawali dengan masalah
masalah kontekstual
(masalah nyata) memungkinkan siswa menggunakan pengalaman atau pengetahuan yang
telah dimiliki sebelumnya secara langsung. Masalah kontekstual tidak hanya
berfungsi sebagai sumber matematisasi, tetapi juga sebagai sumber untuk
mengaplikasikan kembali matematika. Masalah kontekstual yang diberikan pada awal pembelajaran, hendaknya sederhana yang dikenali oleh siswa.
Dalam PMR, model digunakan dalam melakukan
matematisasi secara progresif. Penggunaan model sebagai
jembatan (bridge) dari pengetahuan
dan matematika tingkat konkrit menuju pengetahuan dan matematika tingkat formal
(Ariyadi Wijaya, 2012: 22).
Dengan demikian istilah
model berkaitan dengan situasi dan model matematika yang dibangun sendiri oleh
siswa (self developed models), yang merupakan jembatan bagi siswa
untuk membuat sendiri model-model dari situasi nyata ke abstrak atau dari situasi
informal ke formal.
Selain penggunaan masalah kontekstual, siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan
berbagai strategi informal yang dapat mengarahkan pada pengkontruksian berbagai
prosedur untuk memecahkan masalah. Dengan kata lain, kontribusi yang besar
dalam proses pembelajaran diharapkan
datang dari siswa, bukan dari guru. Artinya semua pikiran atau pendapat
siswa sangat diperhatikan dan dihargai.
Selanjutnya, interaksi antara siswa dengan guru merupakan hal yang sangat penting dalam PMR. Bentuk-bentuk interaksi seperti: negoisasi, penjelasan, pembenaran, persetujuan, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai bentuk pengetahuan matematika formal dari bentuk-bentuk pengetahuan matematika informal yang ditemukan sendiri oleh siswa. Dengan demikian guru memainkan peranan yang tidak kecil dalam membimbing proses siswa menyelesaikan masalah, seperti yang dijelaskan dalam NCTM (2000:19) guru harus: memutuskan aspek pada tugas yang harus disoroti, bagaimana mengorganisir dan mengatur apa yang akan dilakukan siswa, apa yang ingin ditanyakan untuk menantang siswa dengan tingkat kemampuan yang bervariasi, dan bagaimana mendukung siswa tanpa mengambil alih proses berpikir mereka yang dapat menghilangkan tantangan.
Berbagai struktur dan konsep matematika saling berkaitan, sehingga keterkaitan atau
pengintegrasian antar topik atau materi
pelajaran sangat menjadi penekanan yang bertujuan untuk mendukung pembelajaran bermakna bagi siswa. Oleh karena
itu dalam PMR pengintegrasian unit-unit
pelajaran matematika merupakan hal yang penting. Dengan pengintegrasian itu akan memudahkan siswa untuk
memecahkan masalah. Di samping itu dengan pengintegrasian ini dalam
pembelajaran, waktu pembelajaran menjadi lebih efisien.
Kelebihan pendekatan matematika
realistik antara lain: (1) karena siswa membangun sendiri pengetahuannya maka
pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa, (2) suasana dalam proses
pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan, sehingga siswa
tidak cepat bosan belajar matematika, (3) siswa merasa dihargai dan semakin
terbuka karena setiap jawaban siswa ada nilainya, (4) memupuk kerjasama dalam
kelompok, (5) melatih keberanian siswa karena harus menjelasakan jawabannya,
(6) melatih siswa untuk terbiasa berfikir dan mengemukakan pendapat, (7)
pendidikan budi pekerti, misalnya saling kerjasama dan menghormati teman sedang
berbicara.
Makalah ini mendeskripsikan hasil penelitian
tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep bilangan
bulat pada siswa kelas VII SMPN 5 Bajawa dengan menggunakan pembelajaran dengan
pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR).
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yang dilakukan di kelas VII SMPN 5 Bajawa Tahun
Pelajaran 2013/2014. Adapun banyaknya siswa pada kelas tersebut adalah 20
orang. PTK ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri atas
perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan, analisis, dan refleksi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah istrumen pembelajaran yaitu RPP dan istrumen pengumpul data menggunakan
soal tes pemahaman konsep bilangan bulat dan lembar pengamatan aktivitas siswa
selama proses pembelajaran. Untuk proses pengamatan, peneliti memohon bantuan
kepala sekolah dan sejawat yang mengajar matematika. Keberhasilan penelitian ini dapat dilihat
dari dua segi yaitu sebagai berikut:
- Indikator proses: yaitu meningkatnya aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan indikator keberhasilan ≥ 85%.
- Indikator hasil belajar: yaitu meningkatnya penguasaan siswa pada materi pelajaran yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar siswa dengan batas minimal nilai ketuntasan ≥ 70 serta ketuntasan klasikal 75%.
- Jika kedua indikator tersebut terpenuhi, maka tindakan akan dihentikan dan penelitian tindakan kelas dinyatakan selesai.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pembelajaran bilangan bulat dengan menggunakan
prinsip-prinsip pembelajaran matematika realistik dimana pada setiap siklus
selalu dimulai dari apersepsi dimana guru menggali permasalahan kontekstual
yang dialami siswa sehari-hari misalnya pengalaman naik-turun, melangkah
kiri-kanan, utang piutang,suhu, berpasangan laki-laki dan perempuan dan
lain-lain. Selanjutnya, permasalahan kontekstual di atas diterjemahkan sendiri
oleh siswa melalui pemodelan menggunakan alat peraga garis bilangan dengan
menggunakan boneka pada tahap referensial. Pada tahap general, diperkenalkan
alat peraga garis bilangan dan pada tahap formal siswa diberikan tugas dengan
soal bilangan bulat. Pada setiap siklus,diberikan materi yang berbeda. Pada
siklus I, materi yang dipelajari adalah tentang pengenalan bilangan bulat dan
urutan bilangan bulat, , siklus II tentang operasi penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat dan pada siklus III tentang pembagian bilangan bulat.
Gambaran tentang kriteria pemahaman siswa pada penelitian ini dapat
dilihat dari hasil tes pemahaman konsep operasi bilangan bulat pada
setiap akhir siklus. Nilai yang diperoleh siswa akan digolongkan
dengan kriteria sangat baik (80 – 100), baik (70 – 79), cukup (60 – 69), kurang (50 – 59) dan sangat
kurang (0 – 49). Adapun rekapitulasi nilai tes pada setiap akhir siklus I, II tertera
pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1
Rekapitulasi Nilai Tes Akhir
Siklus I,II dan III
No
|
Kriteria
|
Banyaknya Siswa
|
||
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus
III
|
||
1
|
Sangat baik
|
-
|
1
|
3
|
2
|
Baik
|
5
|
7
|
15
|
3
|
Cukup
|
9
|
10
|
2
|
4
|
Kurang
|
6
|
2
|
-
|
5
|
Sangat
Kurang
|
-
|
-
|
-
|
Berdasarkan Tabel 1 di atas terlihat bahwa pada
siklus I, tidak terdapat siswa yang memiliki nilai tes dalam kategori sangat
baik, namun pada siklus I terdapat 1 orang dan meningkat menjadi 3 orang pada
siklus II. Selanjutnya terjadi peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai
dalam kategori baik. Selain itu terjadi penurunan jumlah siswa yang nilai
tesnya masuk dalam kategori Cukup yaitu dari 9 siswa pada siklus I menjadi 2
orang pada siklus II. Dari setiap siklus, tidak ada siswa yang memiliki nilai
tes dalam kategori sangat kurang. Dilihat dari
ketuntasan belajar, jumlah siswa yang tuntas belajar setiap siklus mengalami
kenaikan yaitu mulai dari 5 orang siswa pada siklus I, naik menjadi 7 pada
siklus II dan pada siklus III jumlah siswa yang tuntas mencapai 18 orang, dan 2
orang tidak tuntas belajar.
Peningkatan pemahaman konsep operasi bilangan bulat
yang ditandai dengan peningkatan hasil tes akhir siklus disebabkan karena
pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik memiliki prinsip-prinsip
yang jika dijalankan dengan baik akan menyebabkan aktivitas belajar matematika
meningkat. Berdasarkan hasil pengamatan
dapat dilihat dari tanggapan siswa dalam proses pembelajaran. Tanggapan positif
siswa terhadap pembelajaran maksudnya siswa membuat aktivitas yang relevan
dengan pembelajaran misalnya mendengarkan penjelasan guru, bekerja dalam
kelompok, berdiskusi, dan memperhatikan presentasi kelompok lain. Tanggapan
psositif siswa dalam pembelajaran pada Siklus I, Siklus II dan Siklus III dapat
dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2
Tanggapan positif dalam
pembelajaran
Kategori Aktivitas
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus III
|
||||
S
|
%
|
S
|
%
|
S
|
%
|
||
Mendengarkan penjelasan
guru
|
13
|
65
|
20
|
100
|
20
|
100
|
|
Bekerja dalam kelompok
|
17
|
85
|
20
|
100
|
20
|
100
|
|
Memperhatikan
presentasi kelompok lain
|
20
|
100
|
20
|
100
|
20
|
100
|
Berdasarkan
Tabel 2 di atas, pada umumnya siswa memberikan tanggapan yang baik dalam pembelajaran
bilangan bulat dengan pendekatan matematika
realistik. Hal ini terungkap dari aktivitas
siswa selama pembelajaran dimana 7 siswa yang pada Siklus I kurang perhatian pada saat guru menjelaskan menjadi
lebih perhatian pada Siklus II dan Siklus III. Demikianpun ketika berdiskusi
dalam kelompok, mereka tampak antusias mencoba mengerjakan LKS yang diberikan guru dalam
kelompoknya walaupun pada siklus I terdapat 3 orang siswa yang berbuat sesuatu
sendiri dan membiarkan teman-teman lain dalam kelompok berdiskusi sendiri. Dengan demikian, secara umum
siswa memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan pendekatan matematika realistic dapat meningkatkan pemahaman konsep operasi bilangan bulat pada siswa kelas VII SMPN 5 Bajawa. Dengan demikian pendekatan matematika realistik dapat digunakan sebagai alternatif yang
perlu dicobakan oleh guru untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap bilangan
bulat. Namun, yang
perlu diketahui, dalam pelaksanaannya,
untuk menerapkan pendekatan pembelajaran ini memerlukan waktu yang tidak sedikit. Oleh karena itu bagi guru
yang akan menggunakan pendekatan ini disarankan untuk merencanakan alokasi
waktu dengan cermat atau menambah porsi waktu jika memungkinkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Russeffendi, E.T. (2006 ). Pengantar
Kepada Guru Mengembangkan
kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung:
Tarsito.
Suherman, et al.
(2001). Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung: JICA
Boulet, G. (1998). Didactical implications of
children’s difficulties in learning the fraction concept. Focus on Learning
Problems in Mathematics, 20(4), 19-34.
Zulkardi. (2002). Developing A Learning
Environment on Realistic Mathematics Education For Indonesian Student Teachers.
Enschede: University of Twente.
Suwarno,P.J., Suparno,P., Rahmanto, B
(Eds.). (1998). Pendidikan Sains Yang
Humanistis. Yogyakarta : Kanisius
Ariyadi Wijaya.
(2012). Pendidikan Matematika Realistik:
Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Graha
Ilmu
*Makalah dipresentasikan dalam
Seminar Nasional Pendidikan
Dasar dengan
tema ” Penguatan Peran Pembelajaran
di Tingkat Pendidikan Dasar untuk Membangun Generasi yang Unggul dan
Berkarakter " pada tanggal 17 Oktober 2015 di Program Studi PGSD Universitas Flores Ende.
Posting Komentar untuk "PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN BULAT DI KELAS VII SMPN 5 BAJAWA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK"
Pembaca boleh bebas berkomentar selama isi komentar berhubungan dengan isi postingan, menggunakan kalimat yang santun dan berguna bagi pengembangan blog ini.