Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Karakteristik Utama Kurikulum Prototipe

Karakteristik Utama Kurikulum Prototipe - Kurikulum prototipe merupakan lanjutan dari kurikulum masa khusus pandemi Covid-19 atau kurikulum darurat yang telah diluncurkan pada bulan  Agustus 2020 ketika Pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Kurikulum prototipe direncanakan diterapkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek) pada 2022 ini. Kurikulum baru ini merupakan kurikulum pilihan (opsional) yang di dalamnya terdapat beberapa perubahan. Tentunya memungkinkan para siswa dan guru lebih merdeka dalam belajar.  Kurikulum prototipe rencananya akan diberlakukan secara terbatas dan bertahap melalui program Sekolah Penggerak.

Dilansir dari kemdikbud.go.id, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, Anindito Aditomo, mengungkapkan bahwa dalam penerapannya, kurikulum prototipe bertujuan untuk memberi ruang yang lebih luas bagi pengembangan karakter dan kompetensi dasar siswa. “Kemendikbudristek akan memberikan opsi kebijakan kurikulum untuk pemulihan pembelajaran, salah satunya melalui kurikulum prototipe yang merupakan lanjutan dari kurikulum masa khusus pandemi Covid-19 atau kurikulum darurat,” kata Anindito.


Karakteristik Kurikulum Prototipe

1. Pengembangan kemampuan non-teknis (soft skills)

Keterampilan non-teknis adalah perkembangan kemampuan dengan EQ dan berkaitan dengan kemampuan bersosialisasi para siswa. Pada kurikulum prototipe, tidak hanya diajarkan pada keterampilan yang berkaitan dengan bidang yang ditekuni siswa saja, tetapi bisa lintas minat.

Dalam hal ini, kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kementerian Pendidikan, Zulfikri Anas, yang dikutip dari Koran Tempo Edisi 25 Desember 2021, bahwa guru diminta untuk memberikan sejumlah tugas atau proyek kepada para murid yang sifatnya bisa lintas mata pelajaran, bahkan lintas peminatan.

Pada kurikulum prototipe, siswa Sekolah Dasar (SD) paling tidak dapat melakukan dua kali penilaian proyek dalam satu tahun pelajaran. Sedangkan siswa SMP, SMA/SMK setidaknya dapat melaksanakan tiga kali penilaian proyek. Namun demikian, sekolah tetap diberikan keleluasaan untuk pengembangan program kerja tambahan.

2. Berfokus pada materi esensial

Dengan pembelajaran yang difokuskan pada materi-materi esensial, maka ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar, seperti literasi dan numerasi. Dengan begitu, para siswa atau murid tidak tertinggal dalam kemampuan dasar tersebut.

Selain itu, sudah tidak ada lagi jurusan ilmu sosial (IPS), alam (IPA), dan bahasa di jenjang pendidikan SMA. Siswa juga bebas dalam memilih mata pelajaran sesuai dengan yang diminatinya. Hal ini didasarkan pada kurikulum prototipe yang mengedepankan pengembangan karakter dan kompetensi esensial siswa.

Berbeda dengan kurikulum 2013 yang mengenal istilah KI dan KD, pada kurikulum prototipe terdapat istilah Capaian Pembelajaran (CP). CP merupakan satu kesatuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berkelanjutan, sehingga membangun kompetensi yang utuh.

3. Memberikan fleksibilitas bagi guru

Guru, dalam hal ini, dapat mengajar suatu hal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh si murid. “Fleksibilitas bagi guru, dimaksudkan untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal," jelas Anindito.

Selain itu, perencanaan kurikulum bagi sekolah pun dapat diatur dengan cara yang lebih fleksibel. Dalam kurikulum prototipe, lanjut Anindito, tujuan belajar ditetapkan per fase, yakni dua hingga tiga tahun, untuk memberi fleksibilitas bagi guru dan sekolah.

Hingga saat ini, ada 343 Taman Kanak-Kanak, 1.116 Sekolah Dasar, 547 Sekolah Menengah Pertama, 382 Sekolah Menengah Atas, dan 85 Sekolah Luar Biasa yang telah mengikuti proyek uji coba kurikulum prototipe. Ketika sudah diterapkan, nantinya kurikulum ini bakal dilakukan evaluasi kembali di tahun 2024.

Perbedaan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Prototipe di setiap jenjang.

Kurikulum baru ini, memiliki perbedaan secara khusus di tiap jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga jenjang sekolah menengah atas.

Pada kurikulum 2013 untuk sekolah dasar, terdapat pemisahan antara mata pelajaran IPA dan IPS. Sedangkan, pada kurikulum prototipe, kedua mata pelajaran ini digabung menjadi satu mata pelajaran menjadi Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) tujuan sebagai persiapan ketika siswa melanjutkan pendidikan di level sekolah menengah pertama (SMP).

Perbedaan mencolok antara kurikulum 2013 dan kurikulum prototipe di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)  adalah pada mata pelajaran informatika, jika sebelumnya lebih bersifat pilihan, maka pada kurikulum prototipe mata pelajaran ini dianggap wajib.

Pada Jenjang Sekolah Menengah Atas, jika pada kurikulum 2013, siswa baru harus memilih jurusan sementara, maka pada kurikulum prototipe pemilihan jurusan atau peminatan dimulai saat siswa memasuki kelas 11 yang dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan konsultasi antara wali kelas, guru BK serta orang tua siswa.

Posting Komentar untuk "Karakteristik Utama Kurikulum Prototipe"