Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tentang Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Tentang Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang titik tolaknya adalah adanya permasalahan yang telah sepakati oleh guru dan peserta didik. Sudrajat (2011) menyatakan Pembelajaran Berdasarkan Masalah adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal akuisisi dan integrasi pengetahuan baru. Model pembelajaran ini pada dasarnya mengacu kepada pembelajaran-pembelajaran mutakhir lainnya seperti pembelajaran berdasar proyek (project based instruction), pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience based instruction), pembelajaran autentik (authentic instruction), dan pembelajaran bermakna. Sementara Boud dan Felleti (1997:19) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat kontroversi kepada siswa dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured atau pikiran terbuka melalui stimulus dalam belajar.

Pembelajaran diawali dengan sebuah masalah atau bisa pertanyaan-pertanyaan baik dari guru maupun peserta didik itu sendiri. Peran guru disini hanya sebagai fasilitator dan sebagai pelatih metakognitif. Sungur dan Tekkaya (2006: 307) menyatakan :



When PBL students solve the problem, teachers encourage them to explore possibilities, invent alternative solutions, collaborate with other students, try out ideas and hypotheses, revise their thinking,and, finally, present their best solutions.

Dapat diartikan bahwa guru mendorong peserta didik untuk berinovasi dan bekerja sama untuk menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan.

Masalah yang disajikan juga hendaknya dapat memunculkan konsep-konsep maupun prinsip yang relevan dengan kehidupan kontekstual dari peserta didik ( I Ketut Tika, 2008 : 688).Selanjutnya menurut Arends (2008:52)sebuah situasi bermasalah yang baik harus memenuhi lima kriteria penting. Pertama, situasi tersebut mestinya autentik, yaitu masalahnya harus dikaitkan dengan pengalaman riil peserta didik. Kedua, masalah yang disajikan tidak jelas sehingga menciptakan misteri atau teka teki. Ketiga, masalah itu seharusnya bermakna dan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual. Keempat, masalah itu mestinya cukup luas sehingga memberikan kesempatan kepada guru untuk memenuhi tujuan instruksionalnnya namun tetap dalam batas yang fisibel bagi pelajarannnya dari segi waktu, ruang dan keterbatasan sumber daya. Kelima, masalah yang baik harus mendapatkan manfaat dari usaha kelompok bukan malah menghalanginya.

Posting Komentar untuk "Tentang Model Pembelajaran Berbasis Masalah"