Tentang Teori Belajar Humanistik
Tentang Teori Belajar Humanistik. Teori
belajar sosial (Humanistik) diperkenalkan oleh Albert Bandura (1977--1986) yang
menjelaskan tentang pengaruh
penguatan dari luar diri atau lingkungan seorang siswa. Aktivitas kognitif dalam diri siswa
(kemampuan) belajar iswa dilaului dengan
cara “modelling” atau mencontoh perilaku orang lain. Teori ini
mementingkan pilihan pribadi, kreativitas, dan aktualisasi dari setiap individu
yang belajar.
Bandura
mengemukakan ada 6 (enam) prinip yang mendasar dalam menerapkan teori belajar
Humanistik, yaitu (1) menyatakan
perilaku, (2) kemampuan membuat atau memahami simbol/tanda/lambang, (3)
kemampuan berpikir ke depan, (4) kemampuan untuk seolah-olah mrngalami sendiri
apa yang dialami orang lain, (5) kemampuan mengatur diri sendiri dan (6)
kemampuan untuk berefleksi.
Faktor-faktor yang Saling Menentukan
Dalam
hal ini ada tiga faktor yang saling menentukan, yaitu (a) perilaku, (b) berbagai faktor yang ada
pada pribadi seseorang dan (c) peristiwa-peristiwa yang terjadi pada lingkungan
diri orang tersebut. Ketiga faktor tersebut secara bersama-sama saling
bertindak sebagai penentu atau penyebab yang satu terhadap yang lain.
Kemampuan Membuat atau Memahami
Simbol/Tanda/Lambang
Bandura
berpendapat bahwa seseorang dalam memahami dunia ini secara simbolis melalui
gambar-gambar kognitif (cognitive
representation). Oleh karena itu seseorang termasuk Anda lebih cepat
bereaksi terhadap gambaran kognitif dari dunia sekitar daripada terhadap dunia
itu sendiri. Artinya Anda memiliki kemampuan berpikir dan memanfaatkan bahasa
sebagai alat untuk berpikir yang kemudian tersimpan dalam ngatan dan hal-hal
yang akan datang dapat pula diuji coba secara simbolis dalam pikiran.
Pikiran-pikiran merupakan simbol-simbol atau gambaran kognitif dari masa lalu
maupun masa depan yang dapat memengaruhi atau menyebabkan munculnya perilaku
tertentu.
Kemampuan
berpikir atau mengolah simbol dapat dimanfaatkan untuk merencanakan masa depan.
Anda dapat menduga bagaimana orang lain akan bereaksi terhadap Anda berkaitan
dengan tujuan yang ingin dicapai, merencanakan tindakan-tindakan yang harus
diambil untuk mencapai tujuan tersebut. Kondisi inilah yang disebut berpikir ke
depan, dan cenderung tindaakan diawali oleh pikiran.
Kemampuan untuk Seolah-olah Mengalami Sendiri apa yang
Dialami Orang Lain
Anak-anak
maupun orang dewasa mampu belajar dengan cara memperhatikan perilaku orang lain
dan memperhatikan konsekuensi dari perilaku tersebut. Keadaan inilah yang
disebut belajar berdasarkan apa yang dialami orang lain. Selain itu seseorang
belajar dengan melakukan sendiri dalam berbagai hal dan terjadi konsekuensi
dari perbuatan/perilakunya. Cara belajar dari pengalaman orang lain merupakan upaya
seseorang untuk mengembangkan sesuatu yang dipikirkan.
Kemampuan Mengatur Diri Sendiri
Setiap
orang pada umumnya memiliki kemampuan mengendalikan perilaku diri sendiri. Anda
telah mengatur kegiatan sehari-hari, misalnya kapan harus memeriksa kesehatan
secara rutin, berapa jam harus tidur, jam berapa harus berangkat mengajar,
kapan harus menyiapkan perangkat pembelajaran, kapan melakukan evaluasi setiap
mata pelajaran, kapan Anda mengajukan kenaikan pangkat, Anda melaksanakan tugas
sebagai guru secara optimal, kapan melaksanakan penelitian dan tentunya masih
banyak kegiatan yang Anda atur baik yang yang bersifat rutin, maupun skala
prioritas. Perilaku-perilaku ini Anda kerjakan selain untuk melaksanakan
kewajiban sebagai guru, juga berdasarkan standard an motivasi yang telah anda
tetapkan sendiri.
Kemampuan untuk Berefleksi
Prinsip
ini menjelaskan bahwa sebagian besar orang cenderung melakukan refleksi atau
perenungan untuk memikirkan tentang kemampuan pribadi masing-masing.
Mereka umumnya mampu memantau ide-ide,
dan kepantasan menilai ide tersebut serta menilai dirinya dengan memperhatikan
konsekuensi dari perilakunya. Berdasarkan semua penilaian dirinya itu, yang
paling penting adalah penilaian terhadap tingkat kompetensi atau kemampuan
mereka dapat mengerjakan suatu tugas dengan sukses. Penilaian terhadap diri
sendiri disebut keyakinan akan kemampuan diri (self efficacy) yang ternyata
memengaruhi pilihan seseorang terhadap kegiatan yang akan dilakukan, besarnya
usaha yang akan ditunjukkan untuk menyelesaikan tugas tersebut, besarnya
tantangan saat menghadapi kesulitan, dan kemungkinan muncul rasa khawatir
menghadapi suatu tugas, bahkan ada rasa takut ataupun kurang percaya diri.
Sumber: Modul PLPG
Matematika. Konsorsium Sertifikasi Guru 2013
Posting Komentar untuk "Tentang Teori Belajar Humanistik"
Pembaca boleh bebas berkomentar selama isi komentar berhubungan dengan isi postingan, menggunakan kalimat yang santun dan berguna bagi pengembangan blog ini.