Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengalaman Menjadi Peserta Program Sarjana Mendidik di daerah 3T

Pengalaman Menjadi Peserta Program Sarjana Mendidik di daerah 3T- Indonesia merupakan negara besar memiliki puluhan ribu pulau dan tersebar dari Sabang hingga Merauke. Luasnya Indonesia membuat permasalahan pun banyak terjadi dan salah satunya adalah sektor pendidikan, mulai dari rendahnya tingkat pendidikan hingga belum meratanya pendidikan diseluruh Indonesia. Pendidikan diibaratkan sebuah jantung kehidupan bagi manusia yang berperan sangat central untuk menggerakan semua yang ada di dalam tubuh. Maka dari itu pendidikan sebuah motor penggerak yang berperan sangat vital untuk mencerdasakan semua anak bangsa Indonesia tanpa pandang bulu.

Salah satu program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan percepatan pembangunan untuk mencerdaskan anak bangsa di negeri ini melalui Program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia” salah satunya adalah Program Sarjana Mendidik di daerah 3T (SM3-T). Program SM-3T adalah Program Pengabdian Sarjana Pendidikan untuk berpartisipasi dalam percepatan pembangunan pendidikan di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) selama satu tahun sebagai penyiapan pendidik profesional yang akan dilanjutkan dengan Program Pendidikan Profesi Guru. Program SM-3T ditujukan kepada sarjana pendidikan yang belum bertugas menjadi guru baik di sekolah negeri maupun swasta.

Program SM-3T ini bertujuan untuk mengatasi kekurangan guru yang ada di daerah 3T dalam jangka pendek, bagi sarjana pendidikan yang mengikuti program ini harus mengabdi di daerah 3T selama satu tahun kemudian dilanjutkan program pendidikan profesi guru. Program ini juga bertujuan untuk memberikan pengalaman kepada sarjana pendidikan sehingga mampu memecahkan masalah pendidikan serta memiliki jiwa ketahanmalangan dalam mengembangkan pendidikan di daerah 3T. Hal ini memang bisa dikatakan hal sepele namun banyak sarjana pendidikan di Indonesia enggan membangun daerah 3T.


Baca Juga : Suka Duka Menjadi Guru di Papua

Program SM-3T ini dimulai tahun 2011 dan akan berlanjut selama kurang lebih hingga 2015, dimana saat ini sudah memasuki angkatan 5 tahun 2015. Melalui program SM-3T akan membantu pemerataan pendidikan di Indonesia khususnya daerah 3T. Saya termasuk ikut ambil bagian dalam program ini dimana termasuk angkatan 4 tahun 2014 asal LPTK Universitas Nusa Cendana (UNDANA) Kupang, dengan mengikuti program ini saya bisa menjadi bagian dalam mengembangkan pendidikan di daerah 3T dan menambah pengalaman serta membuka persepsi secara langsung mengenai pendidikan di daerah 3T.


Program SM-3T memang tidak bisa secara cepat mengatasi permasalahan pendidikan yang ada di Indonesia namun paling tidak solusi jangka pendek dalam pemenuhan keterbatasan guru di daerah 3T bisa diatasi. Hal ini terbukti berdasarkan pengalaman mengabdi di kabupaten Deiyai-Papua. Selama setahun saya bersama kurang lebih 39 orang teman guru asal LPTK Undana yang tersebar di kabupaten deiyai cukup banyak membantu permasalahan pendidikan di daerah tersebut salah satunya kurangnya tenaga guru membuat kami harus merangkap menjadi guru tutor, memperbaiki administrasi sekolah seperti pembuatan RPP-silabus, menjadi operator sekolah, serta dengan berbekal pengetahuan yang ada saat prakondisi kami saling berbagi kepada sesama rekan guru di Kab Deiyai tentang pengenalan kurikulum 2013. Di samping itu juga hal sederhana yang dapat kami terapkan kepada para guru dan murid di daerah perbatasan yang belum pernah dilakukan di sekolah ialah rasa cinta akan tanah air Indonesia dengan mengadakan upacara apel bendera yang wajib dilaksanakan setiap hari senin, pengenalan kegiatan ekstra kurikuler seperti pramuka, menyanyi dan menari, kegiatan kerja bhakti serta senam yang dapat menumbuhkan semangat para guru dan peserta didik bahwa proses pembelajaran tidak hanya monoton dalam kelas tapi juga di luar kelas.

Berdasarkan pengalaman setahun mengabdi di SDN Waghete Kab.Deiyai dalam proses pembelajaran saya tidak menekankan bahwa semua peserta didik harus menguasai materi pembelajaran tetapi yang lebih difokuskan adalah pada Calistung (baca, tulis dan hitung). Dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana yang ada serta tingkat kemampuan peserta didik yang boleh dikatakan sedang tidak membuat saya patah semangat tetapi dengan gigih dan penuh cinta bahwa mereka juga adalah anak negeri yang berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Ada kebahagiaan tersendiri bagi saya ketika mengabdi di daerah tersebut saya banyak belajar bahwa perbedaan suku bangsa, budaya, agama, bahasa serta daerah yang boleh dikatakan ekstrim bukanlah suatu penghalang bagi saya untuk mendedikasikan diri bagi anak-anak perbatasan untuk mengenyam pendidikan.


Setelah selesai mengikuti Program SM-3T saya berkesempatan mengikuti Pendidikan Profesi Guru di Universitas Muhammadiyah Malang.Banyak pengalaman yang saya peroleh. Saya bersykur sebagai Lulusan PGSD Universitas Flores. Dari teman-teman seangkatan di PPG, saya satu-satunya yang merupakan Lulusan dari dari PT di Flores. Satu hal yang membuat saya percaya diri adalah bahwa ternyata apa yang saya dapatkan di Program Studi PGSD Universitas Flores (merupakan salah satu Perguruan Tinggi yang Legal di Flores) menjadi bekal bagi saya ketika mengikuti SM-3T dan PPG di UM Malang. Keunggulan utama Program Studi PGSD Uniflor adalah menyiapkan guru yang dapat Menjadi Guru pembelajar sesuai tuntutan Pembelajaran Abad 21.


Bagi saya pribadi menjadi guru merupakan tugas yang mulia. Guru bukan hanya bertugas untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan menerpakan nilai-nilai dalam kehidupan tetapi bagi saya guru adalah panggilan hidup. Saya mencintai panggilan hidup saya menjadi guru yang dapat mengabdi untuk anak negeri dengan setulus hati. Teringat akan kata yang penuh makna dari Yudi Supriadi sang pengabdi untuk saya dan anda sekalian para guru “Menjadi guru bukanlah pekerjaan menterang. Menjadi guru juga bukan pekerjaan yang gemerlap. Tak ada kerlap-kerlip lapu sorot yang memancar, jug pendar-pendar cahaya setiap kali guru-guru itu sedang membaktikan diri sebagai pengabdi negeri. Sebab mereka memang bukan para pesohor bukan pula bintag panggung. Pada gurulah memancar pendar-pendar sinar keikhlasan dan ketulusan pada pengabdian yang mereka lakukan (Noberta Paulina Yuni, Lulusan PGSD Universitas Flores 2014)

Posting Komentar untuk "Pengalaman Menjadi Peserta Program Sarjana Mendidik di daerah 3T"