Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pembelajaran Matematika Berbasis Budaya

Pembelajaran Matematika Berbasis Budaya. Penemuan matematika oleh para matematisi banyak diantaranya diispirasi oleh budaya dan tuntutan penyelesaian masalah yang mereka hadapi. Artinya, matematika yang mereka temukan merupakan solusi bagi permasalahan yang mereka hadapi, melibatkan abstraksi dan proses generalisasi. Matematika yang mereka temukan tidak datang secara tiba-tiba namun merupakan solusi dari permasalahan (kontekstual) yang ada pada mereka dan masalah-masalah tersebut merupakan bagian dari apa yang mereka alami. Selain karena tuntutan penyelesaian masalah, matematika formal saat ini juga ditemukan dari budaya dimana para matematisi hidup. 



Baca Juga: Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik

Agar pembelajaran matematika bermakna bagi siswa, siswa harus merasa bahwa materi matematika yang mereka pelajari merupakan bagian dari hidup mereka. Tentu saja, guru tidak harus berharap bahwa siswa dapat mengembangkan konsep matematika secara tiba-tiba dan ajaib. Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan permasalahan kontekstual yang siswa alami setiap hari, atau paling tidak dapat mereka bayangkan. Guru dapat juga memasukan unsur budaya dalam pembelajaran. Budaya yang paling dikenal siswa adalah budaya tempat siswa tersebut berada, oleh karena itu tahap yang harus ditempuh guru matematika dalam memasukkan materi budaya tersebut adalah menggunakan pembelajaran matematika berbasis budaya lokal, dilanjutkan dengan budaya nasional dan terakhir adalah ragam budaya internasional.


Baca Juga: Pembelajaran Matematika Bermakna


Sebagai contohnya adalah, seorang guru yang berada di daerah Wulandoni NTT dapat saja memulai pembelajaran tentang uang menggunakan kebiasaan masyarakat Wulandoni yang masih menggunakan sistem barter. Pasar Wulandoni termasuk salah satu pasar di NTT yang masih menerapkan sistem barter dalam transaksi antara penjual dan pembeli. Pasar itu terletak sekitar 47 KM dari Lewoleba, ibu kota Kabupaten Lembata. Selain pembelajaran tentang uang, permasalahan kontekstual terkait kebiasaan barter ini dapat dikembangkan untuk pengembangan konsep matematika yang lain seperti penjumlahan, pengurangan perkalian dan pembagian. 


Selain masalah barter di pasar tradisional, guru juga dapat menggunakan permainan-permainan tradisional yang ada di sekitar anak yang sedang belajar matematika. Permainan tradisional yang memiliki fenomena matematis tertentu dapat digunakan guru dalam mengembangkan konsep matematika yang sesuai dengan fenomena matematis permainan tradisional tersebut.

Baca Juga : Pembelajaran Matematatika yang Memanfaatkan Konflik Kognisi

Pembelajaran matematika berbasis budaya sangat penting dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Alasannya adalah ketika siswa ke sekolah, siswa memiliki pengetahuan informal atau konsep spontan terkait materi matematika (matematika formal atau konsep formal) yang akan mereka pelajari di sekolah. Kadang-kadang konsep spontan yang telah dibawa siswa dari lingkungan budayanya bertentangan dengan konsep formal matematika. Pertentangan ini akan menyebabkan konflik kognisi pada siswa. Konflik kognisi inilah yang harusnya dimanfaatkan guru untuk memotivasi siswa untuk belajar matematika secara bermakna. Siswa akan memetik manfaat dalam belajar matematika jika jurang pemisah antara matematika keseharian (matematika informal yang membentuk konsep spontan) dan matematika formal tidak terlalu lebar.

Posting Komentar untuk "Pembelajaran Matematika Berbasis Budaya"